Relasi Kuasa di Balik Kisah Cinta Publik Figur.


Oleh: Novita Sari Yahya


Belakangan ini, warganet ramai memperbincangkan perceraian pasangan selebritas populer seperti Raisa Andriana dan Hamish Daud, yang mengakhiri pernikahan setelah delapan tahun dengan gugatan cerai

Saat menikah, kisah cinta mereka digambarkan sebagai “hari patah hati sedunia.” Namun, di balik kemesraan yang dulu menghiasi media sosial, kini tersingkap kabar keretakan rumah tangga. Isu perselingkuhan, kontrol emosional, dan dominasi dalam relasi kembali menjadi sorotan publik.

Fenomena ini tidak bisa dilepaskan dari cara masyarakat memandang relasi antara laki-laki dan perempuan (Suryakusuma, 2011). Di balik kisah asmara modern, masih hidup struktur sosial lama yang dikenal sebagai bapak-ibuisme. Konsep yang diperkenalkan oleh Julia Suryakusuma untuk menjelaskan ideologi gender Orde Baru yang masih memengaruhi hingga kini.

Bapak-Ibuisme: Ideologi Kekuasaan dalam Rumah Tangga dan Negara

Menurut Suryakusuma (2011), bapak-ibuisme adalah sistem sosial yang memadukan patriarki tradisional dengan birokrasi modern.

“Bapak” (laki-laki) dianggap kepala keluarga, pelindung, dan pengambil keputusan merupakan representasi negara di tingkat rumah tangga.
“Ibu” (perempuan) didefinisikan melalui peran melayani dan mendukung, bukan sebagai individu otonom.

Dalam praktiknya, ideologi ini membentuk relasi hierarkis, bukan setara (Heryanto, 2014). Di era digital, nilai-nilai tersebut terus direproduksi oleh media, pendidikan.

Dominasi simbolik “bapak” dan subordinasi “ibu” masih tampak dalam narasi pernikahan modern, di mana kepemimpinan dan keputusan sering diidentikkan dengan maskulinitas (Flood, 2020).

Analisis Psikologis: Maskulinitas, Dominasi, dan Luka Relasi Kuasa.

Dari perspektif psikologi sosial, ketimpangan relasi berakar pada maskulinitas hegemonik. Keyakinan bahwa laki-laki harus kuat, rasional, dan dominan (Flood, 2020).

Menurut American Psychological Association (2018), pria dengan ciri toxic masculinity (kontrol emosi rendah, dorongan dominasi, resistensi terhadap kesetaraan) berisiko dua kali lipat mengalami konflik.

Penelitian Nilan & Utomo (2018) di Asia Tenggara menunjukkan bahwa sekitar 60% pasangan dengan relasi kuasa tidak seimbang mengalami kelelahan emosional dan gaslighting (interpretatif dari deskripsi kualitatif penelitian). Hasilnya menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kuasa sering memperburuk konflik interpersonal. Cinta, dalam konteks ini, bukan lagi ruang pertumbuhan bersama retapi arena kekuasaan yang memperkuat superioritas salah satu pihak.

Sejarah Relasi Kuasa atas Tubuh Perempuan

Ketimpangan relasi gender memiliki akar sejarah panjang (Suryakusuma, 2011). Pasca-1965, banyak perempuan yang dituduh terlibat dalam Gerwani menjadi korban kekerasan seksual dan sosial oleh oknum aparat negara (Komnas Perempuan, 2012).

Dalam analisis feminis politik, tubuh perempuan dijadikan alat kontrol moral dan politik diposisikan sebagai simbol kesucian bangsa, tetapi kehilangan hak otonominya. Fenomena serupa juga ditemukan secara global, misalnya pada perempuan Vietnam yang ditinggalkan tentara Amerika pasca-perang.

Sebagaimana ditulis Suryakusuma, perempuan kerap “dimuliakan sebagai simbol negara, namun dikorbankan sebagai individu.”

Kesiapan Psikologis Pernikahan.

Untuk memutus siklus ketimpangan dan kekerasan simbolik, Permenkes RI No. 21 Tahun 2021 tentang pemeriksaan kesehatan calon pengantin merupakan langkah progresif. Program ini mencakup: pemeriksaan fisik, konseling psikologis,
dan bimbingan komunikasi pasangan minimal tiga bulan sebelum menikah.

Namun, menurut Evaluasi Kemenkes (berdasarkan data 2019 dari laporan internal serta liputan Kemenkes.go.id dan Antara News; lihat juga Jurnal Sehat Mandiri, 2020). Partisipasi masyarakat urban baru sekitar 40%, dengan keberhasilan tertinggi di daerah seperti Bukittinggi. Fokus utama program masih pada kesehatan reproduksi, belum menyentuh kedewasaan emosional calon pengantin.

Pertanyaan penting pun muncul: apakah pasangan publik figur menjalankan proses ini secara penuh, atau pernikahan masih digerakkan oleh euforia dan citra publik semata?

Penutup: Cinta Bukan Relasi Kuasa

Hubungan sehat tidak dibangun di atas dominasi satu pihak atas pihak lain. Dalam masyarakat yang masih dipengaruhi oleh bapak-ibuisme, tugas kita bukan sekadar mengkritik struktur lama, tetapi membangun kesadaran baru . Bahwa cinta, keintiman, dan pernikahan seharusnya menjadi ruang kesetaraan dan pertumbuhan bersama.

Ketika dua individu bertemu dalam kesadaran penuh dan saling menghormati. Cinta bukan lagi alat legitimasi sosial tapi jalan kesetaraan.

Daftar Pustaka

American Psychological Association. (2018). Guidelines for Psychological Practice with Boys and Men. APA.

CNN Indonesia. (2025, 26 Oktober). Raisa dan Hamish Daud Buka Suara Soal Perceraian.

Komnas Perempuan. (2012). Laporan Pemantauan HAM Perempuan: Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Berbasis Gender – Peristiwa 1965.

Flood, M. (2020). Attitudes Towards Men and Masculinities in Australia. VicHealth.

Heryanto, A. (2014). Identity and Pleasure: The Politics of Indonesian Screen Culture. NUS Press / Kyoto University Press.

Jurnal Sehat Mandiri. (2020). “Evaluasi Pelaksanaan Program Kesehatan Reproduksi dan Seksual pada Calon Pengantin di Kota Bukittinggi Tahun 2019,” Vol. 15, No. 1, pp. 62–78.

Kemenkes RI. (2019/2023). Evaluasi Pelaksanaan Program Kesehatan Reproduksi dan Seksual pada Calon Pengantin. Laporan internal & siaran Kemenkes.go.id.

Nilan, P., & Utomo, I. D. (Eds.). (2018). Men and Masculinities in Southeast Asia. Routledge.

Permenkes RI No. 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan bagi Calon Pengantin.

Suryakusuma, J. I. (2011). State Ibuism: The Social Construction of Womanhood in the Indonesian New Order. Komunitas Bambu.

Tentang Penulis

Novita Sari Yahya adalah penulis dan pemerhati isu anak, pendidikan, dan perempuan. Dalam satu tahun, ia telah menerbitkan delapan buku bertema literasi dan kemanusiaan. Aktif menulis di berbagai media nasional, Novita juga terlibat dalam kampanye “Stop Bullying” dan gerakan literasi sekolah.

📞 Kontak & Pemesanan Buku: 0895-2001-8812