Dorong Pemanfaatan
Bahan Pangan Lokal
untuk Tekan Stunting di Banggai
BANGGAI POST. LAMALA – Stunting tak bisa dilawan dengan wacana belaka. Itulah pesan yang dibawa tim Poltekkes Kemenkes Palu saat menggelar pengabdian masyarakat di Desa Kotabaru, Kecamatan Lamala, Sabtu (2/8). Bertajuk “Edukasi Isi Piringku dan Penyusunan Menu PMT Lokal dalam Pencegahan Stunting,” kegiatan ini menggandeng Puskesmas Bonebobakal dan menyasar para kader posyandu serta ibu-ibu balita.
Dipimpin oleh Ir. Wijianto, M.Kes., tim terdiri dari dua dosen pendamping: Dr. Sri M. Hasan dan Nasrul, SKM, M.Kes, serta lima mahasiswa. Sebanyak 46 peserta hadir, mulai dari kader, aparat desa, hingga para ibu yang memiliki balita.
Materi dibagi dalam tiga sesi utama:
- Pengenalan Stunting dan Pencegahannya – oleh Dr. Sri M. Hasa
- Edukasi “Isi Piringku” – panduan gizi seimbang oleh Ir. Wijianto
- Penyusunan Menu PMT Lokal – praktik merancang makanan tambahan bergizi dari bahan sederhana yang ada di sekitar
Tak sekadar teori, peserta diajak langsung menyusun menu sehat dengan pendekatan lokal: memanfaatkan ikan, umbi-umbian, sayur pekarangan, hingga olahan tempe. Praktik disambut antusias, diskusi mengalir, dan berbagai pertanyaan diajukan seputar pola makan sehat untuk balita.
Usai edukasi, dilakukan pelayanan kesehatan balita berupa penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan pemberian vitamin A—bertepatan dengan Bulan Vitamin A Nasional yang rutin digelar tiap Februari dan Agustus.
“Kami ingin masyarakat paham bahwa mencegah stunting tidak harus mahal. Yang penting adalah pola makan seimbang dan pemanfaatan pangan lokal yang terjangkau,” ujar Wijianto kepada Banggai Post.
Kegiatan ini diapresiasi oleh pihak Puskesmas dan para kader. “Ini sangat membantu kami. Materinya jelas, praktis, dan langsung bisa diterapkan di lapangan,” kata salah satu kader yang hadir.
Dengan pendekatan edukatif dan intervensi berbasis pangan lokal, kegiatan ini diharapkan bisa memicu perubahan nyata dalam pola asuh dan pemberian makan anak, khususnya di daerah yang masih rawan stunting.
Banggai Post mencatat, kolaborasi semacam ini perlu diperluas ke desa-desa lain agar misi membentuk generasi sehat dan cerdas tidak berhenti di seminar semata.(*/BP)
