Di tengah gemuruh janji pembangunan, ada suara lirih dari pedalaman Desa Hunduhon, tepatnya di Dusun 1 Kampung Balantak.
Laporan: Parlin Yusuf, Banggai Post
Suara itu berasal dari warga yang telah lebih dari dua dekade hidup tanpa akses air bersih yang layak. Panjid, seorang tokoh masyarakat setempat, menyambut wartawan Banggai Post dengan mata yang tajam namun penuh harap.
“Sudah hampir 20 tahun kami di sini hanya menunggu. Air bersih itu belum benar-benar menyentuh kehidupan kami,” ujarnya pelan, Jumat (25/7).

Ia mengisahkan bagaimana warga di dusunnya—yang tak jauh dari pusat Kecamatan Luwuk Timur—masih bergantung pada sumur bor seadanya. Sebagian lainnya bahkan menggunakan air kuala (air permukaan alami) yang keruh dan jauh dari kata layak.
“Pernah ada program PAMSIMAS di tahun 2024, tapi sayangnya itu tidak bisa kami manfaatkan. Salah teknis dari pengelola dan pengurus proyek, akhirnya tak bisa digunakan,” kenangnya, sambil menatap ke arah tandon tua yang kini kosong.
Janji pembangunan air bersih bukan hal baru bagi mereka. Sudah berulang kali disebut, disampaikan dalam Musrenbang, bahkan disampaikan langsung oleh pemerintah. Namun, hingga pertengahan 2024 ini, proyek SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) yang digadang-gadang bisa menjadi solusi belum juga hadir sepenuhnya di Balantak.
“Sekarang ini, jangankan untuk mandi, untuk air minum pun kadang kami harus cari ke tempat yang jauh. Sementara, di tempat lain orang tinggal buka kran saja,” ungkap Panjid.
Lebih dari sekadar infrastruktur, air bersih bagi warga Balantak adalah hak dasar yang selama ini terabaikan. Bukan hanya soal membasuh tubuh, tetapi soal martabat, kesehatan, dan keberlangsungan hidup.
Ia mengaku tak hanya mewakili warga Dusun 1, tetapi juga menyuarakan keresahan yang sama dari seluruh masyarakat Hunduhon. “Semua warga Hunduhon menunggu. Kami berharap proyek SPAM yang dijanjikan pemerintah benar-benar diwujudkan tahun ini. Jangan cuma jadi papan proyek,” tegasnya.
Kini, harapan mereka kembali tergantung pada janji realisasi proyek lanjutan dari Dinas PUPR Kabupaten Banggai. Warga tak butuh kata-kata indah, mereka butuh tindakan nyata—air bersih yang mengalir, bukan lagi impian yang menetes perlahan.(*)