Oleh: Andra Hasyim
Alumnus PRD
SILATURHMI KBRD (Keluarga Besar Rakyat Demokratik) yang diselenggarakan oleh kawan-kawan di Banggai Laut merupakan wujud melepas rindu masa-masa berkolektif. Ibarat penggalan lagu mars Sebumi “Bergerak Bersama ditengah lautan massa, membangun budaya baru depan matamu”. Belajar dan berproses dalam kolektif dan aksi massa merupakan pengalaman yang spesial pada masing-masing kawan.
Mengingat kembali deklarasi berdirinya Partai Rakyat Demokratik pada 22 Juli 1996 yang merupakan awal pernyataan perlawanan terhadap Rezim Soeharto. Para Kader PRD diburu, diculik, disiksa, dipenjarakan bahkan beberapa diantara mereka hilang hingga saat ini. Pasca reformasi diantara mereka menerima dan menikmati buah reformasi masuk partai politik lain dan menjadi bagian dari penguasa. Sementara sebagian yang lain masih aktif bergerak membangun partai, mengubah ideologi partai, perpecahan/pembelahan, beraliansi dengan Partai Politik, ikut pemilu dan segala macam perdebatan strategi-taktik yang berlangsung hingga saat ini.
Tahun 2022, PRD dan organisasi yang berakar pada tradisi dan ideologi PRD telah menghasilkan para alumnus-alumnus yang mengambil jalan hidup berbeda-beda. Ada yang menjadi politisi, jurnalis, dosen, budayawan, pebisnis, volunter NGO dll.
Sebagai alumni, satu hal yang luhur yang harus dikembangkan tanpa mengenal pilihan politik adalah kameradship atau sebuah tradisi yang dibangun untuk tidak saling berpolitik sesama kawan (politik sayang kawan). Pengalaman kawan-kawan ditempa perjuangan yang diantaranya tumbuh perkawanan yang melampaui segala keraguan dan kecurigaan. Kepekaan kita terhadap penderitaan rakyat haruslah terus diasah dan menjadi derap langkah dimanapun kita berdiri saat ini.
Dalam masyarakat Banggai dikenal dengan istilah “Montolutusan” atau persaudaraan yang menjadi sebuah pandangan hidup “mian’ banggai. Namun montolutusan tak ubahnya hanya menjadi hanya sebatas jargon, slogan, maupun simbol yang digunakan untuk bersolek. Pada kenyataannya persaudaraan masih dipandang sebagai sebuah tujuan bukan cara/sarana mencapai visi. Pemahaman montolutusan seperti ini mengarahkan kita tak mengenal batas moral sosial dan hukum tak jarang diantara kita melakukan pemufakatan untuk kejahatan, maling duit rakyat untuk dirinya dan kelompoknya.
Silaturahmi para Alumnus di Banggai Laut merupakan pertemuan awal untuk merajuk kembali perkawanan. Kedepan mesti ada contoh kebersamaan yang memiliki asas manfaat. Agar budaya baik Kameradship tidak hilang dan terdegradasi, dibutuhkan kesadaran kolektif dari kita semua dalam menjaganya, segala perbedaan dipandang sebagai kenyataan yang memiliki hukumnya sendiri, supaya kita tidak terjebak pada batasan yang nantinya membuat kita segan untuk mengkritik kesalahan dan membuat kita takut menuntut pertanggungjawaban atas kejahatan. Sekian dan terima kasih. “One Song One Struggle”