LUWUK- Begitu mirisnya dunia pendidikan di Kabupaten Banggai. Jangankan mendapatkan bantuan seragam gratis, buku Lembar Kerja Siswa (LKS) pun harus bayar.
Tidak sedikit orangtua siswa atau murid merasa terbebani dalam memenuhi kebutuhan anaknya saat masuk sekolah.
Para orangtua tidak hanya harus membeli seragam sekolah, mulai baju, tas hingga sepatu, tapi juga harus membeli buku LKS.
“Iya memang pendaftaran dan SPP gratis. Tapi tetap, orangtua harus membeli seragam sekolah. Harganya juga cukup fantastis. Ditambah lagi, harus beli buku LKS yang dianjurkan sekolah,” kata seorang ibu, yang anaknya tengah duduk di bangku SD dalam kota Luwuk, Rabu 30 Oktober 2024.
Ia mengaku kaget, jika Pemda Banggai memprogramkan seragam gratis, namun kenyataan banyak yang tak tersentuh.
“Iya saya baru dengar, gratis dari mana. Semua harus dibayar. Kalau tidak dibayar, tidak dapat baju seragam,” cetusnya.
Dalam kesempatan itu, Ia mengaku menyambut baik program pasangan calon di Pilkada Banggai yang memprogramkan seragam gratis untuk siswa SD-SMP.
“Saya sangat mendukung program ini, karena kasihan orangtua siswa sangat terbebani. Semoga bisa terwujud. Aamiin,” tutupnya mendoakan.
Keluhan juga disampaikan Asri, warga di Kecamatan Bualemo. “Belum dapat (seragam gratis), kemarin saja anak mau ikut Pramuka, harus bayar Rp150 ribu untuk atribut. Apalagi seragan sekolah,” cetusnya.
Ia mengaku, merasa terbebani dengan mahalnya seragam sekolah, hingga harus membayar buku LKS. Apalagi Asri, bagian dari warga kurang mampu.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banggai, Syafrudin Hinelo mengatakan, intervensi yang dilakukan instansinya sesuai data dari sekolah dan kelurahan serta desa.
“Standarnya kurang mampu, berupa bantuan tas, buku, sepatu dan seragam. Ini secara bertahap dan sudah berjalan,” kata Kadis Didi Hinelo, sapaan akrabnya. (*)