BANGGAI POST, LUKTIM – Polemik proyek Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) di Desa Uwedikan, Kecamatan Luwuk Timur, terus bergulir. Setelah klarifikasi dari pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Banggai, kini Ketua Forum Peduli Masyarakat Luwuk Timur (FPML), Adnan Basia, angkat suara. Dia menanggapi pernyataan yang dilontarkan Kepala Bidang AMAL (Air Minum, Pengelolaan Air Limbah, dan Persampahan) PUPR, Christopel Satolom yang dinilai menyesatkan dan agak rasis.
Adnan Basia menyayangkan nada bicara dan tudingan yang menurutnya berbau rasis dan cenderung meremehkan peran masyarakat sipil.
“Pernyataan Kabid PUPR itu menurut saya agak rasis dan menyesatkan. Ini proyek daerah dengan anggaran besar, bersumber dari uang rakyat. Semua warga punya hak bicara, apalagi saya sebagai Ketua Forum di Luwuk Timur. Apa harus orang Uwedikan yang bicara baru boleh?” ujarnya, Kamis (17/7).
Adnan menegaskan bahwa dirinya hanya menyuarakan aspirasi warga Uwedikan yang selama ini mengeluhkan proyek SPAM yang belum memberikan dampak nyata ke pemukiman.
“Banyak warga Uwedikan yang sudah menyampaikan keluhan ke saya. Mereka kecewa karena air belum sampai ke rumah. Jangan bilang tidak ada yang protes. Justru karena banyak keluhan itulah saya bicara,” tandasnya.
Meski demikian, Adnan tetap membuka ruang dialog dengan pihak PUPR maupun pemerintah daerah. “Kami bukan mencari sensasi, kami hanya ingin hak warga dipenuhi. Kalau ada pihak yang merasa terganggu, mari duduk bersama. Jangan mengalihkan isu dengan menyerang pribadi,” tutupnya.
Sebelumnya, Christopel menjelaskan bahwa proyek SPAM Uwedikan memang belum selesai karena keterbatasan anggaran. Tahun lalu, pekerjaan hanya sampai di depan tambak udang, dan akan dilanjutkan tahun ini dengan tambahan anggaran sekitar Rp700 juta untuk Uwedikan dan Rp400 juta untuk Honduhon.
Namun, dalam klarifikasi itu, Christopel juga melontarkan pernyataan yang dinilai memancing kontroversi. “Orang yang sebar berita ini kalau nggak paham, harusnya jangan bicara di media. Biar nggak kelihatan cuma cari perhatian. Sejauh ini tidak ada orang Uwedikan mempersoalkan proyek tersebut. Yang bicara itu Pak Adnan Basia, dia bukan orang Uwedikan, dia orang Kayutanyo,” kata Christopel, Selasa (16/7).
Sementara itu, Christopel dalam pernyataannya juga menegaskan bahwa proyek SPAM memang dirancang bertahap. Ia mengaku paham bila ada keluhan warga, namun meminta agar pihak-pihak yang tidak memahami teknis proyek tidak menghakimi secara sepihak.
“Tahun ini akan dilanjutkan dengan anggaran tambahan. Memang belum ke sambungan rumah karena anggaran sebelumnya belum cukup. Tapi ini bukan mangkrak, melainkan pekerjaan bertahap. Kami minta masyarakat bersabar dan semua pihak memahami teknisnya,” pungkasnya.
Kini, masyarakat menunggu pembuktian dari pihak Dinas PUPR, bahwa proyek SPAM Uwedikan bukan sekadar proyek kertas, tapi solusi nyata atas kebutuhan dasar warga: air bersih. (Alin)